Siang-siang, hari kerja, udara lagi panas-panasnya, makannya di warung pakai sambal yang pedasnya nampol? Siapa takut!
Eits, yang ini bukan sembarang warung, Warung Nasi Bu Imas merupakan rumah makan sunda di Bandung yang sudah punya nama bagi kalangan masyarakat Bandung. Tidak jarang juga terlihat mobil berplat luar kota yang datang demi mencicipi nikmatnya makan di sini. Saking ramainya pengunjung, kini sudah ada tiga warung yang dibuka di jajaran Jalan Balonggede untuk menampung lebih banyak orang.
Makan siang di sini harus siap dengan banyaknya pengunjung, kami pun datang sekitar pukul 11 untuk menghindari antrian. Perlu dicatat juga, jalannya yang kecil membuat parkir jadi sedikit tricky, tapi asalkan datang lebih awal dari jam-jam makan, persoalan parkir masih aman. Warungnya juga bisa diakses menggunakan beberapa angkot dengan trayek yang mengarah ke Kebon Kelapa.
Kami memutuskan untuk makan di warung sudut Jalan Balonggede dan Jalan Pungkur. Besar harapan bisa makan di meja berbentuk huruf U yang di depannya sudah berjajar ragam menu mereka biar bisa langsung tunjuk apa yang ingin dimakan. Namun sesampainya di tempat mejanya sudah terisi penuh, jadi kami terpaksa untuk melipir ke lantai dua yang tidak begitu ramai.
Nuansa warna hijau dan kuning khas Warung Nasi Bu Imas turut menghiasi ruangan dan meja-meja makan. Di atas meja juga sudah tertata rapi nampan yang berisi sayur lalapan timun, kol, selada air, daun kemangi dan tespong, dan mangkuk-mangkuk berisi sambal dadak dan karedok leunca (sambal dengan sayur hijau berbentuk bulat dan pahit) yang langsung membuat mulut kami berliur. Tidak sabar untuk segera mencocol lalapan dan lauk pesanan ke sambalnya!
Belum lama kami duduk, meja-meja lain langsung diisi para pengunjung. Para pelayan seketika sibuk wara-wiri mengambil pesanan, dan kami pun ikut sigap memesan sebelum mereka semakin sibuk dengan pesanan meja lain. Maklum, memasuki jam makan siang bikin para pelanggan jadi berlomba-lomba memesan agar bisa segera makan.
Seperti warung masakan khas sunda pada umumnya, kalian bisa menemukan ragam lauk seperti ayam, ikan mas, jeroan sapi atau ayam, tahu tempe, aneka pepes dan perkedel. Tapi karena bingung dengan banyaknya pilihan, akhirnya kami memilih lele dan ayam goreng saja; aku pesan ayam dan udang goreng, Cebe pesan ayam goreng, tahu, dan tempe, dan Yogas pesan lele goreng plus pete. Kami rasa lauknya cukup enak dan segar karena perputaran warung yang cepat.
Kami juga memesan satu porsi selada goreng, atau biasa disebut sebagai jukut (rumput) goreng, untuk dijadikan lauk sampingan yang cukup besar untuk dua atau tiga orang. Selada goreng ini jadi highlight makan siang kami karena rasanya yang unik serta tekstur daunnya yang renyah. Mirip seperti keripik bayam, tetapi lebih gurih dari minyak penggorengan ayam dan tentunya bikin ketagihan. Bagi yang suka makan kol goreng, pasti kalian akan menyukai selada goreng di sini!
Dari semua yang kami pesan, tetap juaranya adalah sambal dadak dan karedok leunca. Dari dulu rasanya tidak pernah berubah; konsisten pedas, segar, dan menggugah selera. Citarasa pedasnya justru terasa semakin nikmat di setiap suapan. Bahkan dengan keringat yang bermunculan di dahi dan lidah yang mulai terasa kebas dari sengatan pedas tidak membuat kami berhenti menambahkan sambal dadak ke atas piring (dan juga nasinya, biar seimbang sama sambal dan lauk :D.)
Kami cukup terkejut ketika membayar di kasir, total makan kami bertiga hanya Rp. 114,900 sudah all in dengan nasi, minuman, serta sambal dan lalapan yang bisa ambil sepuasnya. Dengan porsi yang bikin kenyang dan puas ternyata harganya masih tetap bersahabat di kantong. Keseruan makan di sini juga yang bikin kami bisa bilang, “Makan enak dan nikmat nggak selalu harus mahal, tapi pastinya harus di Warung Nasi Bu Imas,” (jiakh.)
Jadikan Warung Nasi Bu Imas sebagai destinasi wisata kuliner kalian saat berkunjung ke Bandung, ya. Dijamin bakalan puas dengan sajian masakan sunda yang enak dan sambal dadak yang mantap!
Cek juga instagramnya Warung Nasi Bu Imas di sini!