Makan Cuanki dengan Ramainya Suasana Pinggir Jalan di Cuanki Al-Hafidz

Dari sekian banyak penjual cuanki di Bandung, yang satu ini punya keunikan tersendiri. Makan cuanki di Cuanki Al-Hafidz bisa sambil melihat kereta lewat di atas kita.


 

Cuanki dan Bandung

 

 

Dari jaman gue SD sampai sekarang, cuanki masih jadi salah satu pilihan jajanan yang tepat kalau perut gak terlalu lapar tapi mau ngemil yang gurih dan hangat. Cuanki adalah jajanan khas Bandung yang saat ini sudah sangat banyak penjualnya. Ragam penjualnya ada yang dari penjual keliling, pedagang kaki lima, sampai berbentuk restaurant. Bahkan banyak produsen cuanki juga yang membuat cuanki dalam kemasan instan dan bisa dimasak sendiri seperti Indomie. Pokoknya cuanki dan Bandung itu udah melekat banget!

 

Dari sekian banyak penjual cuanki di Bandung, kali ini kami (Gue, Marika, dan Alban) mau menjajal cuanki yang dikenal bukan cuma karena enak rasanya, tapi juga karena tempatnya yang unik dan katanya bisa sambil melihat kereta lewat di atas kita. Cuanki Al-Hafidz berlokasi di Jalan Perintis Kemerdekaan, persis di sebelah Masjid PERSIS, di kawasan Viaduct. Ya, Viaduct, satu-satunya jalan di Bandung yang berada di bawah rel kereta api.


 

Cerita Dibalik Cuanki Al-Hafidz

 

Datang ke Cuanki Al-Hafidz di malam hari sekitar pukul 19.00, saat itu kami sedang lapar-laparnya. Gue berkata dalam hati “kayaknya cuanki aja gak cukup deh biar kenyang”. Begitu melihat menu, ternyata Cuanki Al-Hafidz ini gak cuma jualan cuanki aja, loh. Mereka juga menjual mie bakso, seblak, cobek cireng, dan rujak coel. Lebih uniknya lagi, mereka punya menu Yamin + Cuanki. Sebuah kombinasi yang belum pernah gue temuin selama hidup di Bandung. Biasanya, kalaupun pakai mie, penjual cuanki itu pakainya Indomie kuah yang bungkusnya warna kuning atau hijau.

 

Perut yang lapar akhirnya memutuskan untuk memilih menu Yamin Manis + Cuanki Special Lengkap. Kami juga pesan Cobek Cireng yang recommended kata Marika. Sambil Bapak dan Ibu penjual cuanki membuat pesanan kami, kami mengobrol sedikit dengan mereka. Cuanki Al-Hafidz ini baru saja buka di bulan Februari 2020 tepat sebulan sebelum kasus Covid meningkat di Indonesia. Sebelum berjualan cuanki di sini, mereka merintis usaha dengan berjualan di kantin sekolah SMAN 24 Ujung Berung dengan nama yang sama (Al-Hafidz). Kasus Covid yang meningkat menyebabkan Bapak dan Ibu ini kehilangan sumber penghasilan mereka dari kantin sekolah dan bergantung pada Cuanki Al-Hafidz.


 

Semangkuk Cuanki Ditemani Suara Kereta Api

 

 

Selesai membuat pesanan kami, Ibu (atau disapa sebagai Teteh biar lebih akrab) penjual langsung mengantarkan ke meja kami. Satu porsi cuanki + yamin manis siap disantap. Porsi satu mangkok cuanki cukup besar, isinya tahu putih, tahu kuning, bakso dan siomay. Kekurangannya cuma 1, kuahnya kurang banyak :D. Tapi ini tergantung selera sih, kalau gue memang suka kuah yang banjir bandang. Akhirnya gue minta tambah kuah ke Bapaknya. Kuah cuankinya gurih, bakso dan tahunya juga enak, buatan sendiri katanya. Seporsi cuanki dibanderol Rp. 15.000, MURAHH BANGETTT! (ditambah yamin manis jadi Rp. 22.000).
 

Suasana di pinggir jalan sambil dengerin suara kereta api dan musik yang dimainkan dari speaker, membuat betah makan dan nongkrong di sini. Nikmat banget dan pasti balik lagi ke sini. Kalau kalian mau makan ke sini, mereka buka dari jam 10 pagi sampai malam. Berdasarkan informasi dari Ibunya, kalau siang ramai juga karena ada banyak pekerja kantoran yang datang untuk makan siang di sana. Jangan lupa juga untuk cobain cobek cirengnya ya, enak buat dicemil sambil ngobrol sama teman dan keluarga.

 

Kepoin Cuanki Al-Hafidz di Instagram mereka @cuanki.miebaso.alhafidz


Saat ini sedang bekerja serabutan, mengumpulkan uang supaya bisa membangun penghasilan dan rumah tangga. Gak susah diajak nongkrong, susahnya keluar uang pas nongkrong.




Dapatkan update artikel Uncov