Kuliner Malam Unik di Nasi Kuning Pungkur

Nasi kuning pada umumnya disantap sebagai sarapan di pagi hari, tapi Nasi Kuning Pungkur adalah pengecualian. Lapak kaki lima yang satu ini justru baru dibuka jam 7 malam dan tutup jam 3 pagi dan banyak dicari orang sebagai pilihan kuliner malam Bandung.

 

Nasi Kuning Pungkur yang sudah berdiri sejak tahun 1993 ini semakin malam semakin ramai. Mungkin bagi sebagian orang makan nasi kuning di malam hari merupakan hal yang biasa saja, tapi bagi aku hal ini cukup aneh. Tapi demi membuktikan pamornya, aku pun memutuskan untuk mencoba.

 

Ditemani oleh Cebe dan Yogas, aku datang ke lokasinya di Jalan Pungkur No. 216. Tepat pukul 7 malam kami sampai di tempat dan lapaknya sudah mulai bergeliat, walaupun di gerobak baru terlihat ada gorengan saja. Ternyata, jam 7 malam masih dianggap ‘kepagian’ karena nasi kuning dan lauknya masih dipersiapkan di dapur. Tidak lama beberapa pengunjung lainnya datang dan tendanya jadi semakin ramai.

 

Bukan Lauk Biasa

 

Nasi Kuning Pungkur menawarkan lauk yang tidak lazim dengan kebanyakan nasi kuning yang hanya dikasih telur dadar potong, tempe orek, abon, kacang, kerupuk, dan sambal. Nasi Kuning Pungkur menyajikan lauk tambahan seperti semur jengkol, telur balado, daging rendang, ati ampela, gorengan dan batagor. Betul, gorengan dan batagor sebagai lauk! Disediakan juga bumbu kacang yang dicampur dengan kecap. Inilah yang bikin Nasi Kuning Pungkur berbeda dengan nasi kuning lainnya. 

 

Sambil menunggu nasi kuningnya diantarkan dari dapur, kami mencicipi satu-dua gorengan yang masih hangat baru diangkat dari penggorengan. Ada banyak macamnya, yakni bala-bala (bakwan), batagor (baso tahu goreng), tahu isi, pisang molen dan risoles. Makan gorengannya paling enak disiram kuah kacang yang bisa tambah sepuasnya (Kecuali pisang molen, ya. Soalnya rasanya manis sendiri, hehe).

 

Begitu nasi kuning dan lauknya tiba, kami langsung menyerbu gerobaknya dan menyebutkan pesanan kami masing-masing. Untungnya kami adalah pelanggan dengan nomor antrian paling pertama, jadi bisa langsung dilayani. Aku pesan nasi kuning dengan lauk telur balado, Cebe dengan lauk ati ampela, dan Yogas dengan semur jengkol. Tidak lupa ditambah dengan batagor siraman kuah kacang.

 

Setelah kami coba, ternyata pamornya memang benar. Perpaduan antara nasi kuning dengan lauk yang tidak biasa ini sangat nikmat. Nasi kuning yang hangat dengan potongan batagor, ditambah dengan siraman kuah kacang, bumbu telur balado dan sambal dengan citarasa manis menjawab semua rasa penasaranku. Didukung juga dengan pendapat Cebe dan Yogas; menurut Cebe, ati ampelanya sangat empuk dan enak dan menurut Yogas semur jengkol jadi sorotan karena empuk dan rasanya nendang.

 

Dibikin Melotot Sama Harganya

 

Saking murahnya, harga nasi kuning sedikit bikin kami kaget. Kami hanya merogoh kocek Rp. 47.000 untuk total makan bertiga. Gorengannya saja hanya dibanderol dengan harga Rp. 1,000 dan risoles dengan harga Rp. 2,000. Bagi aku porsinya cukup mengenyangkan, ditambah aku ngemil gorengan juga. Tetapi untuk yang makan dengan porsi banyak, mungkin harus pesan 1 setengah hingga 2 porsi biar lebih kenyang. 

 

Meskipun harganya murah, namun citarasa dan kepuasannya tidak murahan. Mencicipi nasi kuning di malam hari dengan pilihan lauk yang tidak biasa menjadi pengalaman unik bagi kami. Kami pasti akan kembali lagi lain kali dan merekomendasikan kalian untuk datang mencoba nasi kuning malam di Bandung yang satu ini!

 

Mau lihat kuliner lainnya? Cek di sini ya!


Sedikit nulis, sedikit lupa. Banyak nulis, jadi gak banyak lupa. Soalnya, tulis menulis bukan sekedar hobi, tapi jadi bagian hidup aku juga. Makanya selalu semangat buat abadikan semua momen, baik tertulis maupun terekam aja!




Dapatkan update artikel Uncov