“Warung kopi kampung di tengah kota”, itulah yang tertulis di bio Instagram mereka. Tempatnya cukup kecil bak warung, berjajar beberapa meja kayu yang dipakai sebagai spot untuk sharing dengan pelanggan lain (seperti yang kami rasakan).
Tapi uniknya, di warung kopi yang satu ini kami harus mengisi waiting list saat berkunjung di jam makan siang karena saking ramai dan famous-nya tempat ini. Penasaran, apa yang bikin terkenal, ya? Yuk, ikuti perjalanan kami (Gue, Yogas, dan Marika) menikmati makanan rumah di tengah Kota Bandung, Warung Kopi Imah Babaturan!
Imah Babaturan = Rumah Teman
Buat kalian yang ga ngerti Bahasa Sunda, ‘imah babaturan itu artinya rumah teman. Dan memang langsung berasa banget suasana hangatnya sejak kami didaftarkan waiting list hingga memesan di kasir. Ramah banget!
Om-om yang jaga di kasir dengan senang hati menjelaskan menunya termasuk special menu yang katanya ganti-ganti tiap minggunya. Kami memesan nasi cumi cabe ijo dan 2 special menu mereka, yaitu nasi liwet oslo dan cumi sambel kemangi. Terus untuk minumannya kami pesan es jeruk, kopi susu panas (Vietnam drip), dan 1 botol Kapiten. Setelah membayar di kasir, kami langsung diarahkan ke tempat duduk.
Area depan warung adalah smoking area, dan bagian belakang ada area non-smoking. Kami juga melihat banyak orang dari segala umur hadir di warung ini. Ada yang rombongan keluarga, ada yang datang ramean bareng teman, dan ada juga yang datang berdua saja sama pasangan.
Kuliner Unik di Tengah Kota Bandung
Kami menunggu sekitar 30-40 menit hingga makanan kami datang. Wajar, karena kami datang pada saat jam makan siang, jadi lagi ramai-ramainya. Cukup bikin perut kosong jadi makin terasa lapar.
Ternyata, pesanan kami hampir semuanya pedas (kecuali nasi liwet oslo, sambalnya saja yang pedas). Nasi cumi cabe ijo yang hampir setengahnya isi cabe ijo juga cukup pedas, tapi masih bisa dinikmati. Nah, cumi sambel kemangi yang dipesan Yogas ini nih, pedes banget! Sampe bikin Yogas kepedesan dan keringetan. Kalian yang ga doyan pedas harus berhati-hati dan kami sarankan buat tanya-tanya dulu sebelum pesan, ya!
Overall rasanya cukup nikmat, bumbu meresap dan kaya dengan rempah-rempah nostalgia layaknya makanan rumah. Uniknya lagi, setiap makanan yang kami pesan disajikan di atas piring rumahan yang dilapisi dengan daun pisang. Jadi berasa di warung banget. Semua minuman yang kami pesan juga cocok menemani makanan kami. Keliatannya sih banyak yang pesan kopi Vietnam dripnya. Tapi Kapiten dan es jeruk yang kami pesan juga tidak kalah seger.
Karena tempatnya cukup panas, kami sarankan pesan yang dingin-dingin saja biar segar. Katanya sih harus cobain juga tongseng dan gulainya di sini, tapi sayangnya belum kami coba. Nanti kembali lagi deh buat nyobain. Dari segi harga memang cukup pricey untuk sebuah warung. Tapi wajarlah, karena kualitas dan cita rasanya yang tinggi. Makannya sekali-sekali aja ke sini biar ga bikin bolong kantong :D
Bagi yang membawa kendaraan mobil, kalian bisa cari parkir di sepanjang Jalan Kebon Bibit (tapi terbatas, ya.) Bagi pengendara motor, kalian bisa parkir di sebelah warungnya persis. Sedangkan kalian yang membawa sepeda, tersedia tempat parkir sepeda di depan warungnya. Masalah parkir emang cukup rumit, tapi gak masalah buat fans citarasa makanannya Warung Kopi Imah Babaturan. Warung Kopi Imah Babaturan buka setiap hari mulai dari jam 7 pagi hingga 10 malam. Penuhi rasa penasaran kalian dan langsung rasakan pengalaman makan hidangan kampung di tengah kota, ya!