Teman-teman pernah kepikiran gak, “Dalam sehari aku nyampah berapa banyak, ya?”.
Mungkin gak sadar juga karena biasanya kita hanya tahu pakai barangnya saja. Nyatanya, kehidupan sehari-hari kita sudah gak bisa lepas dari yang namanya sampah dan jejak karbon. Mulai dari makan, minum, sampai nge-charge hp dan laptop untuk bekerja dan sebagainya, kegiatan satu orang saja punya dampak besar bagi lingkungan.
Siapa sangka kalau individu juga bisa menghasilkan sampah dalam jumlah besar. Menurut Kementrian Lingkungan Hidup, dari total 11.6 juta sampah plastik per tahun yang dihasilkan Indonesia sendiri, satu orang menyumbang 1.11kg sampah plastik setiap harinya.
Melihat angkanya saja pasti sulit untuk membayangkan, sebanyak apa plastik yang menjadi sampah dan mengotori permukaan bumi ini. Dengan kondisi bumi dan perkembangan dunia yang sudah di luar kendali individu, permasalahan ini ternyata sangat mengkhawatirkan. Kira-kira, hal apa yang bisa dilakukan dan harus mulai dari mana?
Kekhawatiran inilah yang membuat ka Annisa Hanoum, yang akrab disapa sebagai ka Nissa, tergerak untuk berkontribusi bagi lingkungan sekitar. Sebagai wanita karir dan ibu rumah tangga, Ka Nissa ingin menghadirkan solusi yang dekat dengan kehidupan sehari-harinya, yakni untuk meminimalisir produksi sampah individu dan rumah tangga. Ka Nissa yang dulunya sempat berkarir di dunia perbankan akhirnya banting setir untuk membuka Cetana, yakni sebuah bbulk store di Bandung yang turut mempromosikan low-impact living.
Bulk Store Itu Apa, Sih?
Bulk store merupakan toko ramah lingkungan yang menyediakan produk tanpa kemasan, di mana pembeli bisa membawa wadah sendiri dan produk yang dibeli dibayar sesuai gramasi yang dibutuhkan. Bulk store dianggap bisa menjadi salah satu solusi, karena dapat secara signifikan mengurangi sampah kemasan, mengurangi jejak karbon dan mendukung produk lokal dan ekonomi nasional.
Cetana sendiri merupakan toko retail dengan konsep bulk store yang menyediakan produk lokal tanpa kemasan, ramah lingkungan dan berbahan natural dari berbagai penjuru daerah di Indonesia. Kata Cetana diambil dari gagasan kesadaran dan kelestarian untuk kehidupan yang berkesinambungan. Konsep ini sejalan dengan gaya hidup low-impact living yang menjunjung aspek sustainability pada produk dan responsibility terhadap apa yang dikonsumsi.
Mulai dari bahan makanan, homeware hingga personal care bisa dibeli di sini. Khusus untuk produk seperti cairan pembersih, minuman, minyak, saus, beras, biji-bijian, bumbu rempah dan
makanan lainnya akan diberlakukan sistem berbelanja curah. Pembeli bisa membawa wadah kosongnya sendiri yang mana wadahnya ditimbang, kemudian diisi dengan produk dengan jumlah sesuai kebutuhan, lalu melakukan pembayaran sesuai dengan jumlah gramasinya.
Pelan-pelan Memperkenalkan
“Lewat produk di Cetana, aku dan teman-teman ingin memperkenalkan, ada loh cara yang doable untuk menjalankan gaya hidup low impact,” ungkap Ka Nissa.
Gaya hidup berkelanjutan memang punya kesan yang sulit, rumit, dan tidak ramah di kantong. Sadar akan permasalahan itu, Cetana turut memperkenalkan cara-cara simpel mengurangi sampah agar lebih mudah diterima dan diaplikasikan. Salah satunya adalah membuat starter pack untuk pemula seperti cleaning supply kit yang berisi cairan sabun untuk mandi, cuci baju dan piring ramah lingkungan tanpa kemasan. “Lewat produk di Cetana, aku dan teman-teman ingin memperkenalkan, ada loh cara yang doable untuk menjalankan gaya hidup low impact,” ungkap Ka Nissa.
Selain berjualan, Cetana juga sesekali mengadakan diskusi ringan seputar gaya hidup berkelanjutan dengan tagar #bincangcetana di Instagram. Baru-baru ini Cetana memperkenalkan low-impact living secara langsung di workshop soft opening toko Cetana cabang Artbox Bintaro. “Harapannya bisa bikin lebih banyak acara seperti ini biar awareness tentang gaya hidup low-impact semakin dikenal banyak orang,” ujar Ka Nissa.
Cetana juga bekerja sama dengan bank sampah Plastavfall untuk menjadi spot mengumpulkan sampah produk skincare dan kosmetik. Sebagai barang yang sering dipakai sehari-hari dengan target pasar yang cukup besar di Indonesia, hal ini tentu bisa menarik banyak perhatian orang-orang yang ingin mencoba mengurangi sampah. Cara yang menarik untuk memperkenalkan low-impact living!
Sedikit Demi Sedikit, Lama-Lama Jadi Bukit
Tampaknya sulit untuk merubah gaya hidup kita secara keseluruhan di era yang serba cepat ini. Di sisi lain, mungkin ada keraguan jika perubahan kecil tidak akan berdampak. Dilema inilah yang justru membuat orang tidak bergerak sama sekali. “Memang bukan hal yang mudah, tapi coba dari hal terkecil aja. Baru setelah beradaptasi di step-up pengurangan sampahnya sesuai dengan kemampuan masing-masing,” saran Ka Nissa.
Tanpa ada perubahan, gaya hidup yang biasa dijalani akan menghasilkan sampah yang jumlahnya lama-lama membukit. Begitu juga dengan gerakan kecil untuk mengurangi sampah sehari-hari bisa memberikan dampak perubahan yang membukit jika jumlah orang yang melaksanakan semakin banyak. Itulah yang dipercaya oleh Ka Nissa dan ingin dicapai melalui Cetana Low-Impact Living Store.
“Pokoknya, little steps matter!” pungkasnya.