Perjalanan Penetapan Jati Diri Bermusik Rayhan Murtaza

Ketika tumbuh dewasa kenyataannya tidak semulus yang dibayangkan saat kecil. Orang banyak menyebutnya quarter life crisis dan situasi inilah yang saat ini sedang dirasakan oleh Rayhan Murtaza atau yang biasa disapa Rayhan.

 

Jati dirinya yang sebenarnya adalah musik. Namun sempat bergejolak saat dihadapkan dengan situasi dunia asli yang mengharuskannya untuk mengikuti arus yang berlabel selamat dan aman – menjadi budak korporat. Musisi asal Bandung yang satu ini punya kisah perjalanan penemuan jati diri bermusik yang menarik. Yuk, simak ceritanya berikut ini!

 

Sejak Kecil Sudah Berkecimpung Di Dunia Musik

 

Rayhan sudah menyukai musik dari sejak umur 4 tahun yang mana ia sudah menyentuh berbagai alat musik mulai dari dari ukulele, air drum, hingga gitar. “Lihat Tyo Nugros jadi ingin ngedrum, terus liat Ian Antono jadi ingin belajar gitar,” jelas Rayhan. Ada dorongan juga dari Ibunya sejak kecil untuk belajar dan mendalami musik, yang tak disangka akhirnya menjadi passion dari Rayhan saat ini.

 

Saat menginjak kelas 4 SD, salah satu gurunya melihat potensi Rayhan dalam bermusik dan mengajak untuk manggung bersama di Bandung saat Rayhan berumur 9 tahun saja loh! Ia pun sempat berpindah les musik ke salah satu tempat les favorit di Bandung. Setelah banyak kesempatan emas yang didapat di masa kecilnya, Rayhan di masa SMP malah justru vakum dari dunia bermusik.

 

Mencoba Melalui Band Pertamanya, NEAT

 

SMA adalah momen Rayhan untuk kembali bermusik melalui ekskul di sekolahnya. Saat itu dia bermain di genre pop jazz. Di tahun yang sama juga Rayhan sedang menyukai band The Sigit dan Gugun Blues Shelter yang kemudian terpanggil untuk membuat band yang cocok dengan genre kesukaannya.

 

Di masa-masa kuliahlah akhirnya terbentuk band bernama NEAT yang diisi teman-teman dekat dari Rayhan. Bersama NEAT, Rayhan mencoba merilis album mini karya orisinil. Tapi sayangnya exposure yang didapatkan masih sangat sedikit. Begitu pula dengan jadwal manggung di kota Bandung yang hanya sesekali saja. Hal tersebutlah yang memutuskan Rayhan untuk vakum kedua kalinya. Kali ini karena ingin mengejar kelulusan juga.

 

Sebuah Titik Balik

 

 

Rasa ketidakpuasan atas hasil proses bermusik bersama NEAT masih tersimpan setelah lulus kuliah. “Waktu itu umur masih 19 tahun, ilmu produksi musik masih minim dan hasilnya masih kurang. Jadi ingin comeback”, ujar Rayhan.

 

Setelah lulus Rayhan sempat bekerja di bidang marketing. Kemudian setelah lulus program MT, Ia menyadari bahwa pekerjaan yang dilakukan saat itu bukan yang benar-benar Ia sukai. “Kok gue bertumbuh dewasa, tapi kok ga jadi diri sendiri?” ungkap Rayhan. Rasa dan pemikiran inilah yang akhirnya dijadikan motivasi untuk kembali mengejar mimpinya di dunia musik. Dan ini juga yang akhirnya Ia tuangkan dalam lagu barunya berjudul Krisis. Lagu ini Ia garap bersama rapper Avicc, yang dulu sempat membantu menjadi videografer salah satu video musik NEAT.   

 

Saatnya Mengejar Mimpi Yang Tertunda

 

 

Saat ini dia ingin memberi kesempatan buat dirinya sendiri untuk mengejar karir di dunia musik. Ia pun sedang mendalami eksplorasi genre musik dan mengambil inspirasi dari produser-produser music terkenal seperti Rick Rubin, Phil Spector, Mutt Lange, dan George Martin. Fokus saat ini adalah untuk mengeluarkan album EP-nya dan bisa lanjut menyebarkan karya-karyanya ke telinga para penikmat musik di Indonesia. Tidak sabar untuk mendengar karya-karya selanjutnya dari Rayhan!   

 

Lagu karya Rayhan Murtaza bisa didengar melalui platform Spotify, Youtube, dan Apple Music. Kamu juga bisa mengikuti Rayhan di akun sosial medianya di sini!


Full time graphic designer part time penulis blog. Senang jalan-jalan dan banyak makan, tapi gabisa gendut.




Dapatkan update artikel Uncov