Kembali ke Jogja Tuk Lebaran Seni di ARTJOG 2023

Tengah tahun di Yogyakarta menjadi periode yang meriah dengan karya seni. Pada periode yang juga dikenal sebagai Lebaran Seni ini, belasan, bahkan puluhan galeri dan event space silih berganti mengadakan acara dan pameran kesenian, mengundang dan menarik perhatian seniman, penikmat seni, termasuk Si Paham Seni. Platform publikasi @jogjaartweeks di Instagram dan situsnya mengusung tagar #artnengndi, plesetan dari “Arep neng ndi?” dalam bahasa Jawa yang berarti, “Mau ke mana?” untuk meramaikan lebaran seni di Yogyakarta dan sekitarnya. Selayaknya lebaran Idul Fitri dan Idul Adha yang dirayakan setiap tahun, lebaran seni di Yogyakarta menjadi agenda yang selalu dinantikan.

 

 

ARTJOG, menjadi salah satu pameran seni kontemporer terbesar di Indonesia sekaligus ikon perayaan lebaran seni. Dengan modal mencari tahu tipis-tipis tentang tema ARTJOG 2023, “Motif: Lamaran”, yang diangkat tahun ini, butuh berjam-jam untuk melihat setiap koleksi dan membaca deskripsi karya. Sesekali sambil memotret dan browsing seniman di balik karya-karya yang menurut saya menarik, puluhan karya dapat dinikmati secara visual, audio dan tekstural. Acara juga didukung dengan Pusat Layanan Disabilitas yang menyediakan bantuan dan dukungan akses informasi, sarana dan prasarana, serta pendampingan bagi teman difabel untuk menikmati rangkaian acara ARTJOG.

 

Saya masih ingat, ARTJOG 2016 menjadi gelaran pertama yang saya datangi, di periode liburan, bersamaan dengan meledaknya Yogyakarta menjadi destinasi pariwisata modern pasca dijadikan latar belakang film Ada Apa Dengan Cinta 2. Berkunjung ke galeri seni bukan sebuah kegiatan yang asing bagi saya, tapi kunjungan pertama ke ARTJOG pada saat itu menjadi titik balik saya untuk belajar olah rasa, olah jiwa. Bukan Si Paling Seni, tetapi belajar korelasi antara tema dan interpretasi karya seni–meski baru di permukaan saja–bagi saya cukup menyenangkan, dan “mengenyangkan”. Semakin senang kalau menemukan karya atau seniman dengan latar belakang yang menggelitik, terus follow akun Instagram-nya, terus jadi lihat lebih banyak karya mereka yang lain. Seperti masuk lubang kelinci yang nggak habis-habis, ya?

 

Platform yang Semakin Inklusif

 

 

Selain 52 seniman usia dewasa, ada 21 seniman anak yang dilibatkan di ARTJOG 2023 dalam program ARTJOG Kids, sebagai lanjutan dari penyelenggaraan ARTJOG 2022 yang mengangkat inklusivitas terhadap seniman anak, remaja dan difabel. Hasil karya anak yang berusia belasan tahun–bahkan ada yang belum genap satu dekade–membawa perspektif yang baru untuk siapapun penontonnya. Sering kali, pendapat anak-anak dianggap tidak penting oleh orang dewasa yang (merasa) memahami lebih banyak hal dibandingkan mereka yang berusia jauh lebih muda. Melalui karya yang mereka buat, seniman anak mengajak penonton menyingkap isi kepala mereka, yang berangkat dari pengalaman, keluguan dan ide-ide, bahkan keresahan seorang anak. Bagi saya, pesan moralnya tidak lain adalah pentingnya validasi dan apresiasi untuk siapa saja, terlepas latar belakang usia dan pengetahuan. See? Menonton pameran seni adalah sebuah metode latihan olah rasa.
 

Satu pengalaman menarik di ARTJOG 2023 datang dari melihat sesama pengunjung. Di beberapa karya, saya menjumpai dua pasang ibu-anak, usia anaknya mungkin baru 6-7 tahun. Di setiap karya, ibu-ibu ini mengajak anaknya untuk selalu membaca dengan tertib deskripsi karya di dinding. Saya, yang berjalan di belakang mereka ikut antri untuk membaca deskripsi karya, dan mendengar pengulangan kalimat yang sama, “Sini, tulisannya dibaca dulu.” Sebuah pemandangan yang baru pertama kali saya lihat. Rasanya menggemaskan dan menyenangkan, melihat kunjungan di galeri seni yang tidak hanya sekadar foto-foto untuk dipamerkan di media sosial. Ibu dan anak yang saya temui itu sekaligus menyadarkan bahwa lebaran seni sangat bisa diperkenalkan dan dirayakan sejak dini.

 

Pelengkap Olah Rasa dan Stimulasi Panca Indera

 

 

Selepas ARTJOG, saya menggenapi stimulasi panca indera penciuman dan indera pengecap dengan kulineran di JNM Bloc. Dalam kompleks yang sama di Jogja National Museum, ada JNM Bloc yang menurut saya wajib disambangi terutama di sore hari. Beberapa restoran high-end di Yogyakarta seperti Pizza Mediterranea by Kamil dan Serasa by Nanduto buka di JNM Bloc dengan kios dan menu yang lebih sederhana. Meski menunya nggak sebanyak di restoran, tetapi cukup dan sangat memudahkan dan para turis seperti saya untuk icip-icip banyak menu. Semakin menyenangkan karena area duduk yang bersih dan luas, jadi tetap nyaman walau ramai pengunjung.

 

Sampai akhir bulan Agustus, pameran ARTJOG diadakan dan terbuka untuk umum, beli tiket ARTJOG langsung di JNM Bloc, seharga Rp75.000 untuk dewasa dan Rp50.000 untuk anak-anak usia 6 sampai 16 tahun. Berdasarkan pengalaman, saya meluangkan waktu 3 sampai 5 jam untuk menyaksikan pameran secara keseluruhan dengan pace yang santai, sekaligus menutup kunjungan dengan nyore di JNM Bloc. Jika ada waktu luang, jangan lupa sempatkan berkunjung juga ke galeri dan event space yang ikut serta merayakan lebaran seni di Yogyakarta dan sekitarnya.


 

Jogja National Museum

Jl. Prof. Dr. Ki Amri Yahya No. 1, Pakuncen, Wirobrajan, Yogyakarta

Senin-Sabtu, 09.00 - 21.00 WIB

@jogjanationalmuseum

www.jogjanationalmuseum.com


Berusaha untuk tetap sehat dan tetap semangat. Kata Bondan Winarno (RIP), supaya bisa tetap jalan-jalan dan makan-makan.




Dapatkan update artikel Uncov